Mendidik anak di era Hedonisme

16 11 2009

pemimpin masa depan

pemimpin masa depan

Mendidik anak balita? Ada sebagian orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pada kompetensi lembaga pendidikan dengan berbagai trade mark label-nya. Gampang saja, tinggal bayar uang gedung dan SPP lebih dari sekolah lainnya, sehari-hari anak akan bersama guru dan teman-temanya sepanjang pagi sampai sore hari. Kita tidak perlu memikirkan bagaimana makannya, gantibajunya, rewelnya, bahkan (maaf!) ceboknya, jadi  tinggal jemput bersih sore hari. Atau pake jasa antar jemput dari sekolah sekalian?  klop!  paket lengkap anak diantar sampai depan pintu rumah.

Gambaran nyata dari pola instan pendidikan anak di atas menjadi trend pasangan muda yang keduanya berkarier. Salahkah itu? Oh tidak! Toh kita telah memenuhi kewajiban  mendidik anak dengan meng-konversikan secara langsung dengan “rupiah”  yang berhari-hari kita kumpulkan dengan memeras otak dan keringat.

Dampak terhadap anak? Jangan dulu terlalu memikirkan itu. Trend pola asuh keluarga di atas pada galibnya juga merupakan bagian dari pola hidup yang menjadi trend masyarakat kita dewasa ini,  Hedonisme. Yah hedonisme!…pola pikir impor yang dinegara asalnya sono juga sudah mulai dijauhi.  Ada perubahan nilai yang sangat mencolok sekarang ini, dimana mainstream masyarakat telah berlaku ukuran sukses seseorang yaitu orang yang bisa membeli segala-galanya:  mobil, jabatan, rumah mewah, pulau, ijazah dan bahkan orang lain. Semakin dia sukses, maka semakin dia disanjung dan didewakan.

Ada cerita lain tentang hedonisme di republik ini.  Seseorang yang begitu sukses luar biasa hingga mampu membayar aturan  keadilan. Dia bahkan bisa bermain sebagai “dewa-keadilan”, dimana keadilan dia yang harus persepsikan. Aparat penegak hukum negara hanya dianggap sebagai pembantu yang telah dia bayar berlebih untuk melupakan apa yang seharusnya mereka perbuat.

Hebat bukan? Semua kita, tanpa terkecuali, secara sadar pasti mengutuk cerita itu. Akan tetapi coba tengok nafsu kita yang terdalam, pasti kita semua menginginkan kesuksesan setingkat itu.





“GUDANG” DI RUANG TIDUR

15 11 2009

Pernah tinggal di Kos-kosan? Atau rumah petak mungkin? Atau ruang tidur yang hanya seukuran kamar kos ?

Terbayang kesulitan kita menyimpan barang-barang “berharga” dan private untuk kamar yang hanya cukup untuk 1 dipan prince (80cmX200cm), satu set meja belajar/kerja dan almari pakaian seadanya.  Ada solusi sederhana: jangan biarkan sejengkal-pun kolong menjadi tempat lowong.  Manfaatkan kolong dipan menjadi semacam tempat gudang portebel yang bisa ditarik dan disimpan untuk menyimpan barang-barang “berharga” dan private.